Kalau dipikir-pikir, hidup “in this economy” tuh memang nggak segampang dulu. Harga kebutuhan naik, cicilan makin ketat, sementara pemasukan kadang nggak ikut menyesuaikan. Banyak orang akhirnya sadar: bertahan aja udah jadi prestasi. Tapi bukan berarti kita harus pasrah. Dengan sedikit perubahan cara pandang dan kebiasaan, efisiensi keuangan masih bisa dicapai bahkan di kondisi ekonomi yang serba menekan kayak sekarang.
1. Ubah Mindset: Dari “Hemat” ke “Efisien”
Efisiensi itu bukan berarti pelit. Kadang orang salah kaprah, mengira menghemat berarti menahan semua pengeluaran sampai hidup nggak nyaman. Padahal, efisiensi justru soal mengatur uang supaya hasilnya maksimal tanpa mengorbankan kualitas hidup.
Misalnya, Kawan Pijar tetap bisa ngopi tiap pagi, tapi pilih kopi seduh sendiri di rumah daripada beli di coffee shop tiap hari. Beda tipis rasanya, tapi bedanya bisa besar di saldo akhir bulan. “In this economy”, hal-hal kecil kayak gini justru jadi langkah cerdas.
2. Catat Semua Pengeluaran
Mungkin kedengarannya sepele, tapi mencatat pengeluaran itu langkah dasar yang sering diabaikan. Coba deh tulis semua pengeluaran, sekecil apa pun mulai dari parkir Rp2.000 sampai pesan makanan online.
Begitu dilihat totalnya di akhir bulan, baru sadar banyak “bocor halus” yang ternyata bisa ditekan. Dari situ, Kawan Pijar bisa tahu mana yang penting dan mana yang cuma impulsif.
Kalau males nulis manual, bisa pakai aplikasi keuangan gratis. Banyak yang simpel dan otomatis sinkron sama rekening atau e-wallet. Dengan begitu, efisiensi jadi lebih mudah dijaga tanpa harus ribet.
3. Prioritaskan Kebutuhan, Tunda Keinginan
In this economy, prinsip ini wajib hukumnya. Kadang kita masih suka terjebak di pola “reward diri” padahal gajian baru masuk. Nggak salah sih, tapi coba pisahkan dulu mana kebutuhan (makan, listrik, transportasi) dan mana keinginan (beli skincare baru, upgrade gadget, atau jajan trending di TikTok).
Cara gampangnya: buat daftar prioritas tiap bulan. Kebutuhan pokok wajib lunas dulu. Kalau masih ada sisa, baru pikirkan keinginan. Dan kalau ternyata nggak ada sisa ya udah, tunda dulu. Keuangan yang efisien justru lahir dari kemampuan menahan diri.
4. Punya Dana Darurat Itu Penting
Banyak orang baru sadar pentingnya dana darurat setelah kejadian nggak terduga datang: motor mogok, sakit, atau kehilangan pekerjaan. Padahal, dana darurat itu semacam “payung sebelum hujan”.
Idealnya sih, dana darurat sekitar 3–6 kali dari total pengeluaran bulanan. Tapi kalau terasa berat, mulai aja dulu dari nominal kecil yang penting rutin. Menabung Rp100 ribu per minggu pun bisa jadi awal yang bagus. Lama-lama, tanpa sadar jumlahnya bisa menolong banget di saat genting.
5. Kurangi Utang Konsumtif
Kalau bisa, hindari utang yang nggak menghasilkan apa-apa. Misalnya, ngambil cicilan buat beli barang mewah yang sebenernya belum butuh. In this economy, bunga cicilan bisa jadi beban tambahan yang bikin keuangan makin seret.
Kalau sudah terlanjur punya banyak cicilan, pertimbangkan restrukturisasi pinjaman biar cicilan lebih ringan. Atau, gabungkan beberapa pinjaman jadi satu supaya pengelolaannya lebih mudah. Banyak lembaga keuangan seperti Pijar yang bisa bantu dengan opsi pinjaman jaminan rumah. Bunganya lebih ringan, tenornya panjang, dan bisa dipakai buat beresin utang kecil yang menumpuk.
6. Investasi dengan Bijak
Bicara soal efisiensi, bukan berarti semua uang harus disimpan. Justru sebagian perlu diputar lewat investasi — tapi yang aman dan sesuai kemampuan.
Pilih instrumen yang Kawan Pijar pahami dulu, misalnya reksa dana pasar uang atau deposito. Jangan ikut-ikutan tren investasi yang belum jelas risikonya. Tujuannya bukan cepat kaya, tapi biar uang tetap tumbuh perlahan di tengah ekonomi yang nggak pasti.
7. Hidup Sederhana, Bukan Sekadar Bertahan
Kata “sederhana” sering dikira negatif, padahal justru jadi kunci hidup tenang di tengah tekanan finansial. Gaya hidup sederhana bukan berarti menolak kesenangan, tapi lebih ke tahu batas. Makan di warung pun bisa nikmat asal bareng orang yang disayang.
Efisiensi keuangan in this economy bukan cuma soal angka di rekening, tapi juga soal rasa cukup. Ketika Kawan Pijar bisa mengatur uang tanpa kehilangan kebahagiaan, itulah keseimbangan yang sebenarnya.
Di kondisi ekonomi yang fluktuatif kayak sekarang, efisiensi jadi bentuk adaptasi. Bukan cuma biar bertahan, tapi juga biar punya ruang bernapas.
Kalau Kawan Pijar lagi berjuang menata keuangan atau nyari solusi buat meringankan beban cicilan, coba kenalan lebih dekat dengan Pijar. Lewat pinjaman dengan jaminan rumah, banyak orang berhasil menata ulang arus kasnya, menutup utang lama, dan mulai hidup dengan lebih lega. Ajukan Sekarang!
“in this economy, bukan siapa yang paling kaya yang menang tapi siapa yang paling bijak mengatur uangnya.”
				
															

